Selasa, 10 Februari 2015

Menuju Islam Rahmatan Lil 'Alamin

Indonesia merupakan negara dengan komunitas muslim terbesar didunia, bahkan jika dibandingkan dengan negara Arab atau negara kawasan Timur Tengah sekalipun kendati populasi komunitas muslim Indonesia tidak mencapai 100 % jika dibandingkan dengan negara-negara Arab.
Meskipun sebagai negara muslim terbesar didunia, kualitas keislaman dan penghayatan terhadap ajaran agama umat Islam Indonesia terbilang masih sangat rendah atau bahkan masih jauh dari nilai-nilai Islam yang normatif dan transendental. Kuantitas atau jumlah mayoritas populasi Islam Indonesia ternyata belum memberikan andil yang signifikan terhadap kehidupan umat secara konkret. Jumlah umat Islam berbanding terbalik terhadap penghayatan terhadap agamanya, akibatnya nilai-nilai keislaman yang seharusnya menjadi nilai filosofis dalam kehidupan ternyata hanya menjadi ritual formalitas semu. Hal ini tampak terlihat dengan masih banyaknya ketimpangan-ketimpangan sosial, anarkisme, tindak kejahatan dan kekerasan hingga eksploitasi seksual yang merajalela.
 Dengan demikian, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil 'alamin) yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad saw. belum sepenuhnya dilaksanakan oleh umat Islam di Indonesia. Hal ini merupakan tugas kita bersama sebagai umat Islam untuk melakukan revolusi sosial dan mental agar umat Islam benar-benar memahami pesan agamanya sehingga kriminalitas yang selama ini masih sering terjadi dapat dibenahi. Jika tidak, maka selamanya umat Islam Indonesia akan kehilangan ruh dan mentalnya untuk menjadi bangsa yang berdaulat dan beradab.

Konsep masyarakat Madani yang diproklamirkan oleh Nabi Muhammad kepada penduduk Yatsrib perlu kita apresiasikan untuk menyelesaikan segala permasalahan umat Islam Islam yang saat ini sudah semakin parah. Masyarakat berperadaban dan berbudaya (tamaddun) dapat menjadi solusi alternatif dan jalan keluar (problem solving) setiap permasalahan umat Islam. Nilai-nilai keislaman yang bersentra pada ajaran al-Qur'an dan as-Sunnah merupakan pilar utama dalam mewujudkan masyarakat Madani. Religiusitas umat Islam Indonesia yang masih sebatas ibadah praktis dan ritual praksis hendaknya diterjemahkan dan dihayati secara lebih mendalam agar nilai-nilai dan pesan-pesan al-Qur'an dan as-Sunnah benar-benar menjadi nilai hidup yang tumbuh dan mengakar dalam realitas kehidupan. Ayat-ayat al-Qur'an dan as-Sunnah tidak hanya sekedar dikutip dan menjadi dalil-dalil yang melangit yang tidak dapat dijangkau oleh peradaban manusia akan tetapi dapat dipahami secara lebih "membumi" sehingga pesan dasar al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta dapat tercapai.

Indonesia sebagai negara yang kaya raya dan melimpah sumberdaya alamnya adalah karunia yang sangat besar dari Allah swt. yang belum pernah diberikan kepada bangsa lain. Tidak salah kemudian negeri ini diistilahkan dengan sekeping tanah dari Surga (qith'ul jannah) untuk menggambarkan betapa gemah ripahnya negeri kita ini. Betapa subur makmurnya negeri kita ini, akhirnya menjadi bahan rebutan bagi bangsa-bangsa lain dimasa lalu hingga saat sekarang meski dengan strategi penjajahan yang sudah berbeda dan lebih rapi. Kalau dahulu kita dijajah oleh bangsa Eropa (Inggris, Portugis dan Belanda) dan bangsa Asia seperti Jepang dalam rangka untuk menguasai sumberdaya alamnya akan tetapi penjajahan dimasa kini bukan hanya untuk menguasai sumberdaya alam Indonesia namun juga hendak melakukan penjajahan dengan mengubah ideologi atau karakter budaya bangsa.

Bangsa Indonesia yang kenyataannya kental dengan keislaman dan dianggap penganut Islam terbesar ternyata tidak mengetahui sepenuhnya tentang hakikat penjajahan masa kini. Perang pemikiran dan berbagai ideologi non-Pancasila mencoba untuk menguasai dan mengambil alih terhadap nilai-nilai budaya Indonesia yang telah ada. Ideologi kiri yang pada umumnya diasong dari Barat seperti Markisme, Sekularisme, Liberalisme, Sosialisme, Darwinisme dan Pluralisme gencar dipasarkan melalui berbagai media yang pro dengan Barat atau minimal tidak anti dengan Barat. Ideologi kanan yang muncul dengan isu-isu agama dan aliran keagamaan seperti Wahabi, Ahmadiyah dan Syiah juga dipasarkan oleh media yang mendukung dengan ide atau cita-cita paham tersebut sehingga perang pemikiran untuk mengambil hati dan minat masyarakat Indonesia tak dapat dihindarkan mulai dari perang pemikiran atau perang dingin yang paling ringan hingga yang intensitasnya tinggi yaitu perang secara terbuka yang tidak jarang menimbulkan korban jiwa.